presiden jokowi ke kota pontianak kalimantan barat

 

sebuah KENANGAN

 

logo muktamar NU 2015

Konsep perancangan logo ini mempertemukan yang lokal dan luar. Identitas lokal ditunjukkan dengan dua lingkaran yang merujuk pada motif batik Jombang. Sedangkan yang dari luar adalah aksara penomoran angka 3 menggunakan aksara Arab. Permainan bentuk menggunakan retorika visual metafora, kedua angka 3 diserupakan dengan bentuk tangan yang menengadah, maksudnya berdoa. Demi menghindari bentuk tangan yang menengadah diartikan mengemis, lantaran ada bentuk lingkaran di atasnya yang bisa saja diartikan koin uang recehan, bentuk lingkaran tidak dibuat simetris untuk keduanya. Sebab pada umumnya bentuk koin adalah simetris, atau biasanya bolongan tengahnya berupa kotak. Upaya tersebut dilakukan meski mengambil resiko mengubah sedikit aturan motif Jombang pada lingkarannya. Penempatan lingkaran berada tepat di tengah angka 3 berwarna merah. Hal tersebut menghindari persepsi visual lainnya yang cenderung menyerupai orang. Pewarnaan merujuk pada pewarnaan khas batik Jombang yang dikategorikan sebagai batik pesisir dengan kecenderungan warna yang cerah dan panas. Pewarnaan ini selain menimbulkan kontras dengan ciri khas NU yang hijau, dimaksudkan memberikan semangat dalam pelaksanaan muktamar. Paduan huruf Serif antara Philoshoper dan Times New Roman ditempatkan persis di bawah logogram. Keseimbangan yang digunakan adalah keseimbangan tersembunyi atau asimetris. Hal tersebut diupayakan agar memberikan kesan dinamis. Perancangan logo ini diharapkan dapat memberikan ‘kebaruan’ dalam NU, mengingat perkembangan logo atau identitas visual pada umumnya sekarang cenderung simple, namun penuh makna. (Alhafiz K) NU.Online
 

Asyiknya main Balap Karung

Siapa yang tidak kenal dengan salah satu permainan tradisional ini? Bahkan sampai sekarang ini, permainan ini sering diadakan dan dibuat menjadi sebuah lomba terutama setiap tanggal 17 Agustus. Tidak hanya dari kalangan anak-anak yang mengikuti lomba balap karung tersebut, tetapi dari kalangan orang tua juga turut serta memeriahkan lomba tersebut. Dan juga, ada beberapa daerah di Indonesia yang sampai sekarang ini terus melestarikan budaya permainan ini terutama untuk memperingati sebuah hari besar. Sejarah dan Perkembangannya Permainan ini diketahui sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan bukan setelah Indonesia merdeka. Waktu itu, permainan balap karung ini dimeriahkan oleh kalangan anak-anak laki-laki yang berumur sekitar 6-12 tahun. Mereka mengikuti lomba balap karung ini sewaktu ada perayaan/hari-hari besar di sekolah-sekolah Belanda atau di kampung-kampung. Terkadang, orang dewasa juga ikut berpartisipasi dalam memeriahkan acara tersebut, tetapi hanya terbatas sebagai penggembira saja dan bukan sebagai peserta penuh. Pada mulanya permainan balap karung hanya terbatas pada ruang lingkup daerah yang kecil saja seperti di sekolah-sekolah atau di kampung-kampung. Tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, permainan balap karung ini sudah dimainkan di kantor-kantor dengan pesertanya yang berasal dari berbagai usia baik tua maupun muda. Dan sekarang, hampir seluruh rakyat Indonesia akan mengisi acara hari kemerdekaan dengan mengadakan lomba balap karung ini. Gambar 1. Kaum ibu-ibu pada Acara Lomba Balap Karung 17 Agustus. Peralatan yang Dibutuhkan Sebuah karung terigu/karung beras ukuran 50 kg yang nantinya akan dipakai oleh peserta. Sebuah peluit untuk memberikan aba-aba mulainya pertandingan yang nantinya digunakan oleh wasit. Pembatas-pembatas antar peserta lomba balap karung, bisa menggunakan tali rafia ataupun menggunakan kapur tulis. Arena permainan yang cukup luas dengan panjang 15-20 meter dan lebar 3-4 meter. Peserta permainan balap karung dengan tidak memandang batasan umur ataupun jenis kelamin. Semua orang boleh ikut serta dalam permainan ini. Dan juga, dibutuhkan seorang wasit untuk mengatur jalannya pertandingan. Aturan Permainan Untuk permainan balap karung secara individu, peserta yang terdiri dari 4-5 orang akan bersiap di posisi awal start. Mereka harus memakai karung yang sudah disediakan di bagian bawah tubuh mereka. Setelah wasit membunyikan peluit, para peserta harus berlari ke garis finish dengan cara melompat sambil memegang karung yang dipakainya agar tidak terlepas. Siapa yang bisa sampai ke garis finish dan kembali lagi ke posisi awal start, dialah pemenangnya. Ada juga aturan permainan di mana peserta hanya perlu untuk sampai ke garis finish dan memenangkan pertandingan. Aturan tersebut dipakai jika arena pertandingan yang digunakan cukup panjang dan luas. Untuk permainan balap karung yang dilakukan secara beregu, sebelum pertandingan dimulai akan diadakan pengundian terlebih dahulu untuk menentukan regu mana yang akan memulai pertandingan terlebih dahulu. Biasanya satu regu terdiri dari 3-4 orang. Tiap regu akan memainkannya secara estafet/bersambungan. Ketika satu peserta dari tiap regu telah sampai ke garis finish dan kembali ke posisi start, peserta itu kemudian akan digantikan oleh teman seregunya yang lain. Regu yang mencapai garis finish terlebih dahulu, dialah pemenangnya. Nilai Sosial dan Budaya Permainan balap karung dapat mengajarkan kita untuk memiliki sikap kerja keras, pantang menyerah, dan sportivitas yang tinggi. Kerja keras dan pantang menyerah dibutuhkan oleh para peserta untuk dapat memenangkan pertandingan. Sportivitas juga sangat penting dimiliki oleh para peserta sehingga mereka tidak akan melakukan kecurangan saat permainan berlangsung
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. slamet funata - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger